6 Februari 2010

Biography KH. Dadun Abdul Qohhar

A. PENDIDIKAN

1. Belajar di Pesantren Cantayan pada usia 6 tahun langsung oleh orangtua, kemudian belajar pada :
- K. Ahmad Nahrowi (kakak)
- K. Uci Sanusi, sebelum beliau hijrah ke Cikaroya Cimahi Sukabumi
- KH. Acun Manshur (kakak)
- K. Ahmad Damanhuri (kakak)
2. Pada tahun 1938 - 1940 belajar di Madrasah Syamsul `Ulum, Pesantren
Gunung Puyuh, Kotamadya Sukabumi di bawah pimpinan KH. Ahmad Sanusi

B. KEGIATAN

Da'wah
Dari tahun 1936 sampai wafatnya (red) aktif dalam bidang Dakwah Islamiyah, melalui pengajian-pengajian rutin, baik kaum bapak, kaum ibu, remaja, mahasiswa, para kiyai dan sarjana (data terlampir) dan pengajian-pengajian yang sifatnya insidental termasuk hari-hari besar Islam.
Pendidikan
Tahun 1936 - 1945 turut aktif mengelola Pesantren Cantayan Cibadak Sukabumi. Dari tahun 1949 sampai (wafat, red) sebagai sesepuh Pesantren Adda'wah Cibadak Sukabumi.

Organisasi
Tahun 1936 aktif dalam Organisasi Al Ittihdiyyatul Islamiah (AII), yang didirikan oleh Alm. K.H. Ahmad Sanusi pada tahun 1931 di tempat pengasingannya di Jakarta; Tahun 1942 sampai tahun 1954 turut aktif dalam organisasi Persatuan Ummat Islam (PUII) sebagai pengganti AII pada zaman Jepang; Tahun 1954-1964 aktif dalam organisasi Persatuan Ummat Islam (PUI) sebagai hasil fusi antara PUII yang berpusat di Sukabumi dengan PUI yang berpusat di Majalengka;
Pada masa aktif dalam organissi AII turut aktif pula dalam Barisan Islam Indonesia (BII) sebagai organisasi kader AII; Tahun 1945-1960 turut aktif dalam partai Masyumi. Mulai dari ketua Ranting Desa Cantayan, kemudian menjadi Ketua Anak Cabang Cikembar dan ketua Bagian Penerangan Cabang Sukabumi, Ketua Cabang Sukabumi merangkap Ketua Kooordinator Kresidenan Bogor, merangkap sebagai wakil Ketua Wilayah Jawa Barat Tahun 1957 turut mendirikan Badan Musyawrah 'Ulama Militer Resimen 8 (Bogor, Banten) bersama Kolonel Ishak Juarsa dengan sasaran utama penanggulangan keamanan dan cukup berhasil, karena kemudian badan badan tersebut atas prakarsa Panglima Kodam Siliwangi yang pada waktudijabat oleh Mayor Jenderal R.A. Kosasih ditingkatkan menjadi badan dengan cakupan wilayah se-jawa dengan perubahan nama Majelis 'Ulama Jawa Barat dan peresmiannya dilakukan pada Musyawarah 'Ulama yang dilaksanakan pada bulan September 1958; Akhir September 1958 ditangkap oleh pemerintah orde lama atas perintah panglima tertinggi Pemimpin Besar Revolusi Presiden Republik Indonesia Soekarno, sebagai akibat statemen yang disampakan Masyumi WilayahJawa Barat mengenai politik keamanan yang berjudul: Seruan Kepada Bung Karno dan disebar luaskan ke seluruh Jawa Barat yang ditanda tangani oleh pengurus harian Masyumi Wilayah Jawa Barat, terdiri dari:
1. Jaya Rahmat
2. Syafe'i
3. Jerman Prawiranegara
4. K.H. Dadun Abdulqahhar
5. K.M. Rusyad Nurdin
Pemeriksaan dilakukan oleh kejaksaan Agung RI di Jakarta dan baru dibebaskan pada bulan Mei 1959. Dalam statemen tersebut Masyumi wilayah Jawa Barat menyerukan agar penanggulangan kemana ditempuh dengan cara Islah.

Tahun 1964, mendirikan Yayasan yang bergerak dalam bidang da'wah dan pendidikan dengan nama yayasan Da'wah dan dipercaya untuk menjabat sebagai ketua Umum. Program pertama dan utama dari Yayasan Da'wah adalah upaya mewujudkan tenaga kader yang berilmu dan berwawasan tinggi disamping berupaya mengembangkan pola keilmuan mengenai Dinul Islam menurut apa yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya (Al-Qur'an) dengan Uswah Hasanah Muhammad Rasulullah di dalam pelaksanaannya (Assunnah) dan mengenai hal ini pernah disampaikan oleh seorang pemikir Islam kenamaan Abdul Hasan Annadawy di dalam kitabnya. Halaman 293 yang berbunyi: (maaf, teks arab tidak bisa ditampilkan, red).
Artinya: Dan tidak boleh tidak bagi dunia Islam sekarang untuk menyusun pola keilmuan yang baru yang sesuai dengan Ruh dan Risalah umat Islam itu sendiri.
Dan seperti yang dijelaskan oleh Dr. Yusuf Alqordhawy dalam kitabnya : Halaman 171, menjelaskan bahwa misi (tugas) umat Islam adalah: berupaya menciptakan jama'ah (masyarakat Islam), dan untuk terciptanya masyarakat Islam itu tidak mungkin hanya dengan melalui seminar, Simposium, Lokakarya atau publikasi melalui media cetak atau elektronik saja, atau dengan mengeluarkan Undang-Undang dari pihak penguasa atau melalui pemilihan Umum; akan tetapi harus dengan cara yang diajarkan Allah sebagaimana dicontohkan Rasul-Nya, yakni dengn melalui :
1. Fase/tahapan pendidikan dan pembinaan
2. Fase/tahapan palaksanaan

Usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi yang pada semula akan diberi nama Akademi Da'wah, kemudian adanya pemikiran untuk akademi tersebut bergabung dengan Departemen Pendidikan Tinggi Ilmu Pengetahuan (PTIP, bukan kepada Departemen Agama, maka dicari padanan dalam bahasa Indonesia, tetapi memiliki pengertian sama dengan kata Da'wah, yaitu Akademi Pembaru sebagai singkatan dari Pembina Masyarakat Baru, justru hakikat dan pengertian Da'wah adalah: Usaha/upaya merubah dari suatu kedaan kepada satu keadaan yang lebih baik.
Pendidikan tersebut diatas berlokasi di bekas kantor Masyumi Cabang Kabupaten Sukabumi, tepatnya di jalan Bhayangkara Sukabumi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga banyak calon mahasiswa yang tidak tertampung.

Untuk pertama, diangkat sebagai Direktur Drs. Budi Praipta (Dosen Fakultas Sastera UI Jakarta), sedangkan para dosennya berasal dari Akabri Kepolisian, Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, Kotamadya Sukabumi dan lain-lain. Disamping para dosen khusus, juga materi mengenal Al-Qur'an, Assunnah, Dinul Islam dan Sejarah Islam.

Pada tahun itu juga (1964) dikarenakan ada usul dari Bapak Ali Basri dari Lembursitu (Alm.) dan sdr. H. Ahmad Dasuki Tegallega untuk saya mempelopori berdirinya sebuah Pesantren di Tegallega Lembursitu Kecamatan Baros yang juga pada awalnya bergabung kepada Yayasan Da'wah.

Alhamdulillah, baik usaha penyediaan tanahnya maupun pembangunan prasarana berjalan lancar, sehingga sampai tahun 1967 di samping telah memiliki beberapa ribu meter tanah waqaf juga telah selesai dibangun 4 buah bangunan yang terdiri dari:
- Bangunan Mesjid
- 3 (tiga) rumah guru
- Asrama Santri

Adapun latar belakang didirikan pesantren tersebut dikarenakan kampung Tegallega berdekatan sekali dengan Desa Parakanlima Kecamatan Cikembar, yang merupakan basis Komunis sehingga dirasakan perlu untuk mengantisipasinya.

Pada tahun 1967 sekalipun pembangunan komplek pesantren tersebut belum memenuhi seperti yang direncanakan, namun sudah mulai difungsikan dan untuk pengelolaannya diserahkan kepada kakak saya KH. Acun Mashur (Alm.) disamping beliau dibantu pula oleh adik saya KH. Abdul Malik (Alm.) dan Alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan.

Pada ahun 1965 mendirikan Yayasan yang berpusat di Jakarta dengan menggunakan nama yang sama, yaitu Yayasan Da'wah dengan akta terpisah dan saya dipercaya menjadi ketua umum. Latar belakang pendirian yayasan Da'wah di Jakarta tersebut, karena saya mendapat kepercayaan diserahi sebuah kompleks pendidikan berlokasi di Cawang di Jakarta yang bernama Madrasah Hayyatul Islamiyyah (MHI) yang dipimpin oleh Almukarrom K. Dahlan. Program utama dan pertamanya, juga sama dengan Yayasan Da'wah Sukabumi, yaitu mendirikan lembaga pendidikan tinggi dengan nama sama, Akademi pembaru dan sebagai direkturnya Drs. Yunus Amir Hamzah (dosen Fakultas Sastra UI Jakarta).

Di tengah-tengah kegiatan kedua akademi tersebut memperlihatkan keadaan yang menggembirakan, keluarlah larangan dari Dandim 0607 Sukabumi terhadap Sdr. Isa Bugis yang juga temasuk unsur pimpinan dan dosen akademi untuk melakukan kegiatan di wilayah Sukabumi dan sesungguhnya larangan tersebut ditujukn kepada pribadi Sdr. Isa Bugis, bukan kepada lembaga, sebagi akibat dari sikapnya yang kontroversial.
Larangan tersebut muncul pada saat Biro Tabligh dan Da'wah lembaga Pembaru yang dijabat pimpinannya oleh saya pada waktu akan mengadakan Up-Grading yang bertempat di komplek Pesantren Ad-Da'wah Cibadak dengan maksud untuk menciptakan tenaga Da'i/Mubaligh dan Alhamdulillah, pesertanya cukup banyak. Resepsi pembukaan dilaksanakan di Gedung Bioskop Mayawati Sukabumi (sekarang Capitol) dan dihadiri oleh Bapak Ruslan Abdulghani yang pada waktu itu beliau menjabat sebagai wakil perdana menteri bidang politik dan pelaksanaan resepsi tersebut berjalan cukup memuaskan.

Pihak Isa Bugis melalui utusannya mendesak kepada saya agar Up-grading dibatalkan dan pembatalan harus diumumkan dengan alasan karena adanya larangan Dandim tersebut. Saya sebagai penanggung jawab Up-grading menolaknya, karena larangan tersebut tidak ada kaitannya dengan lembaga melainkan kepada pribadi Isa Bugis.
Dengan penolakan tersebut dan juga karena tidak sedikit pola keilmuan yg disampaikan Sdr. Isa Bugis, saya tidak menerima dan menyetujuinya, maka terjadilah ketegangan antar saya dengan Isa Bugis, sehingga dari pihak Isa Bugis mengirimkan surat kepda saya yang tembusannya kepada pihak pejabat termasuk kepada bpk Anwari yang pada waktu itu beliau sebagai Danres kepolisian Sukabumi, namun anehnya surat yang ditembuskan itu aslinya sama sekali saya tidak ada dan justru saya mengetahui adanya surat tersebut dari bpk Anwari. Surat tersebut berisi caci maki dan fitnahan yang tidak pantas dilakukan oleh yg mengaku dirinya kampiun al-Qur'an wassunnah.
Dengan ketegangan ini maka akademi pembaru baik yang berlokasi di Sukabumi maupun di Jakarta mengalami kegoncangan, yang akhirnya bubar. Dengan kejadian tersebut, saya sebagai pendiri terpaksa membubarkan lembaga pembaru dan kembali mengurus Yayasan Da'wah Cibadak dan tahun 1972 dirubah menjadi Majelis Ta'lim Adda'wah yang pada tahun 1978 diakte notariskan dan sampai sekarang masih aktif.

Tahun 1971 mendirkan Yayasan bersama Alm. Kolonel Abjan Sulaeman (pd wkt itu beliau ka Roh Dam Siliwangi) dgn nama Himpunan Usaha Da'wah (HUDA);
Tahun 1988 diangkat sebagai wakil ketua BKSPP Jawa Barat, diangkat sebagai anggota Badan pembina Universitas Ibnu Khaldun dan pada tahun tersebut bersama dengan Pemda Kabupaten Bogor, MUI Kabupaten Bogor serta organisasi-organisasi lainnya mendirkan satu yayasan dengan nama Yayasan Pembangunan Umat Islam untuk mendirikan pesantren tinggi yang berlokasi di Cibinong, Bogor;

Thn 1999, sebagai penasehat ICMI Orwilsul Bogor;

Jabatan-jabaan yang sampai sekarang masih aktif terlampir (sebelum beliau wafat, red).
Pada masa perjuangan kemerdekaan (1945-1949)
Pada awal kemerdekaan Indonesia sebelum berdirinya Barisan Hizbullah dan Sabilillah aktif dalam barisan Islam Indonesia;
Setelah berdiri Hizbullah, turut aktif di:
Hizbullah Divisi dibawah pimpinan Mr. R. Syamsudin
Hizbullah Resimen Sukabumi di bawah pimpinan K.A. Damanhuri
Tahun 1947 mendirikan pasukan rakyat, karena Hizbullah telah dibubarkan sebagai akibat dari politik Amir Syarifuddin yang pada waktu itu menjabat Menteri Pertahanan Kabinet Sjahrir. Pasukan rakyat dalam kegiatannya bekerja sama dengan TNI yang pad waktu itu Mayor Kosasih (sekarang Letjen Purn).
Pada saat perjanjian Renville di mana TNI hijrah ke Yogyakarta, pasukan rakyat tidak ikut hijrah dengan dasar dan alasan, bahwa Belanda tidak akan menepatinya dan kalau sampai menyerbu Yogyakarta, sedangkan daerah yang diduduki Belanda tidak ada kekuatan dari kita, pasti merupakan beban yang cukup berat bagi pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta.
Selama gencatan senjata berlaku, berusaha di daerah Sukabumi dengan mengadakan konsolidasi kekuatan, yaitu membentuk komandemen-komandemen di tiap kecamatan dengan maksud:
- Memelihra semangat juang rakyat;
- Usaha pengumpulan dana dan menambah kekuatan pasukan.
Dikarenakan pimpinan pasukan rakyat, yaitu K.H. Ahmad Damanhuri pada bulan Juni 1948 wafat, maka persis pada hari pemakamannya diambil keputusan untuk:
- Mengganti nama pasukan Rakyat dgn nama penghela masyarakat (PM)
- Pimpinan Penghela Masyarakat dibentuk dewan pembinaan yg terdiri dari:
K. Ahmad Juwaeni (Almarhum)
K. Dadun Abdulqohhar (Almarhum)
K.R.A. Manshur (Almarhum)
Sedangkan pimpinan pasukan ditetapkan Sdr. Husein Bakhtiar.

Pada bulan pebruari 1949 ditangkap oleh tentara Belanda dan untuk menyelamatkan kekuatan, maka berusaha melarikan diri dari tahanan dan Alhamdulillah berhasil.
Sekarang diakui sebagai anggota Veteran Republik Indonesia.

Berdomisili di Cibadak Karena daerah Desa Cantayan seusai perjuangan kemerdekaan menjadi ajang bentrokan antar DI/TII kontra barisan Citarum yg kiri sehingga sulit untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan, maka pada tgl 25 Desember 1949 hijrah ke Cibadak.
Selama berada di Cibadak, maka kegiatan yang dilakukan adalah da'wah dan pendidikan. Hasil kegiatan selama berada di Cibadak, adalah:
- Membangun Mesjid
- Membangun Asrama Putera
- MembangunAsrama Puteri
- Membangun Kantor Sekretariat
- Membangun Ruang Belajar dan Aula
- Membangun 4 (empat) rumah guru
- Membangun tempat mandi dan wudlu
- Membuat jalan dari jalan raya sampai komplek pesantren
- Melengkapi peralatan
- Membangun gedung Taman Kanak-kanak AlQur'an

Tambahan
Untuk lebih jelas mengenai kegiatan pada masa perjuangan kemerdekaan dapat meminta penjelasan kepada kawan-kawan pada masa itu yg sekarang masih ada, baik yg dahulunya berada dilingkungan TNI maupun diluar TNI, antara lain:
- Bapak Kawilarang Purn. Kolonel (Alm)
- Sdr. Husein Bakhtiar (Alm)
- Sdr. Enoh Surahmn (Alm)
- Sdr. D. Kipli (Alm)
- Sdr. Alex Ali Basyah
- Sdr. M. Barana
- Sdr. Nawawi Bakrie (Alm)
- Sdr. K. Sanusi (Purnawirawan Kolonel)
Dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan lain mengikut seminar-seminar, baik yang diadakan oleh pemerintah maupun oleh Badan Swasta, antara lain:
- Seminar mengenai kompilasi Hukum Islam, diadakan oleh Departemen Agama dan Mahkamah Agung bertempat di Bandung
- Seminar berjudul: Peranan Nilai-nilai Islam Dalam Menyiapkan Operasional Industrialisasi. Diadakan oleh departemen Agama bertempat di Hotel Aryadutha Jakarta.
- Seminar dgn Tema: Kesadaran Hukum dan Pergeseran Norma dan Tata Nilai Diselenggarakan oleh ITB Bandung.
- Seminar dgn tema: Al-Qur'an dan Tantangan Zaman. Diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia Yogyakarta bekerjasama dengan lembaga Studi Islam dan Filsafat, bertempat di Yogyakarta.
- Seminar mengenai Tabligh dan Da'wah. Diadakan oleh Universitas Islam Bandung, bertempat di kampus UNISBA.
- Seminar mengenai Infaq. Diadakan oleh Majlis Ulama Indonesia Jawa Barat bertempat di Bandung.
- Seminar dengan judul: Fungsi Masjid dalam Era Industrialisasi dan Informasi bertempat di Masjid Amaliyyah Ciawi, Bogor. Serta masih banyak seminar lain.

Penerbitan buku/Diktat/Kitab
1. Dinul Islam edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
2. Tafsir Juz ke 30 edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
3. 25 Khutbah Jum'at edisi Bahasa Sunda
4. Tuntunan Shalat edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
5. Tuntunan Shaum edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
6. Tuntunan Haji edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
7. Tafsir AlQur'an Surat Alfatihah edisi Bahasa Sunda dan Indonesia
8. Apa dan siapa manusia itu? Edisi Bahasa Indonesia
9. Muslimkah saya? Edisi Bahasa Indonesia
10. Tarjamah haditsularba'in edisi Bahasa Sunda
11. Taajul'urusli'athoillah edisi Bahasa Sunda
12. Asaasulislam wamaaqooshiduhu edisi Bahasa Sunda
13. Khutbah-khutbah Iedul Fitri dan Iedul Adha edisi bahasa Indonesia
14. Uswatulmusthofa Fizikrilmaula (contoh Zikir Rasulullah) edisi Bahasa Sunda
15. Khutbah Nikah, edisi Bahasa Indonesia
16. Pembudayaan AlQur'an Dalam Masyarakat, edisi Bahasa Indonesia
17. Buku/diktat/kitab lain, baik yg sudah diterbitkan maupun yg belum diterbitkan (masih dalam bentuk konsep)

Cibadak, 11 Rajab 1413 H.
04 Januari 1993 M

Penyusun,
K.H. Dadun Abdulqohhar

Insya Allah pada terbitan mendatang Biography tentang KH. AHMAD SANUSI (alm)

3 komentar:

  1. Alhamdulillah, sekarang bisa temukan biography singkat KH. Dadun Abdulqahhar. Beliau adalah Ayah, Guru, dan sumber referensi aqidah di Cibadak secara khusus dan Kabupaten Sukabumi secara umum. Semoga Allah SWT menempatkan beliau ditempat yang terbaik disisiNya.

    BalasHapus
  2. maaf bila boleh tau.. perbedaan apa yang mengakibatkan isa bugis menjadi bermasalah?

    BalasHapus